diantara cahaya dan duri

Di ruangan yang begitu luas aku sendiri, ingin berlari tapi aku malu, ingin menangis tapi tak ada guna, ingin menjerti begitu sakit dan perihnya hati, seakan tenggelam dalam ruang kekosongan, aku sendirian tanpa secercah titik pembias kesunyian, aku mengharapkan seuntai kedamaian, tapi hati tak bisa aku tipu tak bisa aku menyuruhnya untuk tetap bisu, aku kini ingin menghantarkan semua relung dalam sepi, ingin selalu ku lantunkan nada hati, tak lagi ada yang bisa membuat aku tersenyum selain kekasih hati yang dulu. namun sayang, dia begitu menoreh luka hingga aku tak sanggup untuk mengulangi semua perih, saat jiwa ini teraniyaya aku menangis dan menjerit dalam setiap ratapku, seakan hidup ini telah usai, begitu bodoh diri ini, tanpa memikirkan begitu banyak yang bisa aku lakukan di bumi ini, dengan senyum aku mulai melangkah, jauh dan menjauh dari rasa putus asa dan keterpurukan, aku tak ingin selalu dikuasai diri oleh nafsu yang tak kunjung redup, namun tak membawa hasil yang bisa menjadikan hatiku sebagai berlian, aku ingin mulai hidup dalam setiap dekapan tuhan, aku mulai mencari kedamaian yang selama ini hilang dari diri yang dulu tuhan berikan kepadaku.
Kecintaanku terhadap suatu makhluk ciptaan tuhan telah membutakan aku dalam setiap langkahku, telah membuat aku sesak dan terjerat dalam belenggu kepalsuan, aku tak ingin selalu hidup seperti ini, betapa sangat dan sangat bodohnya aku, tak mengerti secercah asa yang telah tuhan gambarkan untukku, aku begitu bodoh dan sangat bodoh karna cintaku telah melebihi cintaku kepada sang ilahi rabbi, tersesat dalam nafsu yang begitu membawa aku pada lumpur - lumpur yang pekat yang akan mengotori raga ini, tersesat dalam gelap yang seakan mencengkramku dalam duri - duri nya kepalsuan.
Ketika cahaya dan pertanda itu telah datang, aku mengenyam cahaya itu menelan tanpa ragu, tapi aku seakan pupus dalam raga yang tak berkutik dan tak berbelenggu, sungguh aku memang bodoh, saat cahaya itu mulai memeluk jiwa aku malah membuang cahaya itu dan tetap kembali pada asa yang membuatku mati, aku tak pernah merasa menyesal saat aku jauh dari cahaya itu, tapi saat duri - duri itu kembali memeluk jiwaku aku baru merasa menyesal telah menjauh dari cahaya - cahay itu.....................

Komentar

Postingan populer dari blog ini

makalah pengembangan kurikulum TABA

Makalah Psikologi Umum "Berfikir"

gaul so what gitu loh