PROPOSAL PENELITIAN AYAHKU DIANTARA SIHIR dan DEPRESI METODOLOGI PENELITIAN
AYAHKU DIANTARA SIHIR dan DEPRESI
1.
Latar Belakang
Pada jaman
sekarang ini semuanya sudah canggih bahkan jaman ini dinamakan jaman modern,
ketika semuanya menggunakan bantuan dan jasa teknologi, tetapi ternyata masih
ada yang mempercayai bahwa ilmu santet itu ada, dan banyak orang yang melakukan
senua tujuannya dengan santet, dari mulai berbuat untuk keuntungan diri sendiri
sampai membuat hidup orang menderita.
Dulu saat aku
semester I di salah satu Institut ternama di ciamis, yakni IAID (Institut Agama
Islam Darussalam) Ciamis pada mata kuliah ilmu kalam dijelaskan, bahwa santet
atau sihir itu tidak ada, jika seseorang mengira sakitnya seseorang itu karna
santet maka apa yang ia rasakan itu memang santet, seharusnya apapun yang
terjadi pada diri seseorang itu semua atas kehendak ALLAH SWT, dan mungkin itu
hanya sebagian cobaan hidup yang harus dilalui orang tersebut.
Kebimbangan dan
banyak pertanyaan mulai berkecambuk dalam diri sendiri apakah aku harus
meyakini apa yang terjadi terhadap ayahku itu adalah santet? Ataukah bukan
santet? Tetapi apa yang aku saksikan dan aku lihat dalam kehidupan keluargaku
ini ada dalam batas pemikiran akal. Semuanya diluar akal manusia pada umumnya,
banyak kejadian – kejadian aneh yang terjadi pada saat itu, aku benar –benar begitu
tidak paham dengan apa yang terjadi pada ayahku ini.
Kalau
seandainya santet atau sihir itu tidak ada, lalu kenapa para kiai mengakui dan
menyadari adanya santet atau sihir? Bahkan tak sedikit para kiai yang sering
berkomunikasi dengan dunia ghaib, dan bahkan ada yang bersahabat dengan para
makhluk dunia ghaib, secara akal manusia mungkin ini tidak rasional, tapi pada
nyatanya apa yang terjadi ini benar – benar terjadi.
Tujuan
penulisan laporan penelitian studi kasus ini yaitu ingin mengungkap apa yang
sebenarnya terjadi pada ayahku, apakah benar ayahku terkena santet atau sihir?
Ataukah hanya depresi?
2.
Pembahasan
Al-Laits
mengatakan, “Sihir adalah suatu perbuatan yang dapat mendekatkan diri kepada
syaitan dengan bantuannya.” Al-Azhari mengemukakan, “Dasar pokok sihir
adalah memalingkan sesuatu dari hakikat yang sebenarnya kepada yang lainnya .”
Ibnu Manzur berkata : ”Seakan-akan tukang sihir memperlihatkan kebathilan dalam
wujud kebenaran dan menggambarkan sesuatu tidak seperti hakikat yang sebenarnya.
Dengan demikian, dia telah menyihir sesuatu dari hakikat yang sebenarnya atau
memalingkannya.” Syamir meriwayatkan dari Ibnu ‘Aisyah, dia mengatakan : “Orang
Arab menyebut sihir itu dengan kata as-Sihr karena ia menghilangkan kesehatan
menjadi sakit.”
Depresi adalah suatu kondisi yang lebih dari suatu keadaan sedih, bila kondisi depresi seseorang sampai menyebabkan terganggunya
aktivitas sosial sehari-harinya maka hal itu disebut sebagai suatu Gangguan
Depresi. Beberapa gejala Gangguan Depresi adalah perasaan sedih, rasa lelah
yang berlebihan setelah aktivitas rutin yang biasa, hilang minat dan semangat,
malas beraktivitas, dan gangguan pola tidur. Depresi merupakan salah satu
penyebab utama kejadian bunuh diri.
Menurut
Diagnostic and Statistical Manual IV - Text Revision (DSM IV-TR) (American
Psychiatric Association, 2000), seseorang menderita gangguan depresi jika:
1.
Keadaan emosi
depresi/tertekan sebagian besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari, yang
ditandai oleh laporan subjektif (misal: rasa sedih atau hampa) atau pengamatan
orang lain (misal: terlihat seperti ingin menangis).
2.
Kehilangan
minat atau rasa nikmat terhadap semua, atau hampir semua kegiatan sebagian
besar waktu dalam satu hari, hampir setiap hari (ditandai oleh laporan
subjektif atau pengamatan orang lain)
3.
Hilangnya berat
badan yang signifikan saat tidak melakukan diet atau bertambahnya berat badan
secara signifikan (misal: perubahan berat badan lebih dari 5% berat badan
sebelumnya dalam satu bulan)
4.
Insomnia atau
hipersomnia hampir setiap hari
5.
Kegelisahan
atau kelambatan psikomotor hampir setiap hari (dapat diamati oleh orang lain,
bukan hanya perasaan subjektif akan kegelisahan atau merasa lambat)
6.
Perasaan lelah
atau kehilangan kekuatan hampir setiap hari
7.
Perasaan tidak
berharga atau perasaan bersalah yang berlebihan atau tidak wajar (bisa
merupakan delusi) hampir setiap hari
8.
Berkurangnya
kemampuan untuk berpikir atau berkonsentrasi, atau sulit membuat keputusan,
hampir setiap hari (ditandai oleh laporan subjektif atau pengamatan orang lain)
9.
Berulang-kali
muncul pikiran akan kematian (bukan hanya takut mati), berulang-kali muncul
pikiran untuk bunuh diri tanpa rencana yang jelas, atau usaha bunuh diri atau
rencana yang spesifik untuk mengakhiri nyawa sendiri.
Ayahku seorang laki – laki dan sosok suami yang baik bagi ibuku,
begitupun bagiku sosok ayah yang penuh perhatian dan begitu menyayangi
keluarganya, ketika kita berada dalam suatu lingkaran kesalahan ayahku tidak
langsung memarahi kami, tetapi beliau selalu mengingatkan kami lewat teguran
yang begitu halus dan membuat kita sadar bahwa kita itu telah melakukan suatu
kesalahan, misalnya saja saat aku terlambat shalat, beliau mengingatkan aku
pada shalat dengan menerangkan bahwa shalat tidak boleh dinanti – nanti, dan
itu tetap aku ingat sampai sekarang.
Pekerjaan
ayahku pada saat itu bisa dikategorikan sebagai pekerjaan yang mapan, tidak hanya bertanggung jawab
pada keluarga saja ayahku selalu bertanggung jawab terhadap pekerjaannya yang
ia anggap ini sebagai amanat dan suatu kewajiban untuk mencari nafkah untuk
keluarganya, beliau berangkat sebelum matahari terbit dan pulang ketika
matahari terbenam, begitu gigihnya ayahku dalam melaksanakan tugasnya, dari hasil
keringatnya aku dan keluargaku mendapatkan kemewahan hidup, apapun yang aku dan
adik – adikku inginkan pasti selalu terpenuhi, setiap liburan pun kita selalu
mendatangi tempat rekreasi, tapi ayahku tidak pernah lupa untuk menyisikan
sebagian yang ia terima kepada tetanggaku yang kurang mampu. Aku sangat bangga
dan bahagia punya ayah seperti beliau.
Di kampungku
Ayahku bukan hanya sekedar masyarakat, tetapi beliau sebagai panutan warga
kampungku, meski beliau merasa lelah setalah bekerja, beliau tetap rela untuk
berbagi ilmu dan mengajari anak – anak ataupun warga kampung untuk mengaji Al –
Qur’an, beliau lakukan itu semata – mata karena mencari keridhoan ALLAH SWT,
dan ketika warga kampung mendapatkan suatu masalah dalam tatanan organisasi
kemasyarakatan beliau menjadi suatu panutan dan pemecah permasalahan yang
terjadi.
Malam hari pada
tahun 1999 selang beberapa bulan setelah adikku yang kedua dilahirkan, kejadian
itu terjadi, udara di rumah terasa panas dan aku merasa kegerahan, saat itu aku
mendengar suara ayahku yang terdengar kesakitan, aku pun memutuskan untuk
melihat keadaan ayahku. Saat itu pandanganku begitu jelas dan teringat dalam
benakku mata ayahku merah teriakannya semakin berat dan merasa penuh beban
kesakitan, ibuku terus membacakan ayat suci Al – Qur’an agar kita selalu
dilindungi ALLAH SWT, dan kejadian itu merubah segalanya, ayahku menjadi sosok
yang pemarah, susah tidur, bahkan susah diajak berbicara, salaman dan menyentuh
ayah pun aku tidak pernah karena ayahku selalu menolak tanganku.
Sikap – sikap
aneh yang selalu ditunjukkan oleh ayahku semakin diketahui oleh prang lain,
diantara sikapnya yaitu berbicara sendiri, berteriak – teriak mengatakan “Aku
adalah Raja Jinn”. Begitu mengerikannya ayahku pada saat itu dan rasanya sakit
saat orang lain mengetahuinya bahkan mengejek dan mencemoohkan ayahku dengan
sebutan “Gila”. Ibuku selalu menangis dan pada saat itu ibuku hanya bersikap
pasrah terhadap apa yang terjadi saat itu. Namun sikapnya semakin menjadi –
jadi ibuku membawaku untuk mencari para kiai yang bisa membaca apa yang terjadi
sebenarnya dengan ayahku, kita tidak pernah menyerah dalam mengobati ayahku,
setiap kiai yang kita kunjungi mengatakan bahwa ayahku terkena sihir dari orang
– orang yang iri terhadap karir yang beliau miliki, kemudian mereka memberikan
air mineral yang telah diisi dengan do’a, air itu harus dipakai mandi dan
diminum oleh ayahku, aku begitu paham air yang telah di beri do’a itu menjadi
air positif yang dapat mengalirkan energi – energi positif, tetapi mengapa
ayahku dikatakan terkena sihir? Saat itu aku dan ibuku tidak, kita terus
mendatangi para kiai dan ajengan dan jawaban mereka sama mengatakan bahwa
ayahku terkena sihir.
Ayahku sedikit
– demi sedikit berangsur membaik, tetapi bukan berarti pada saat itu ayahku sembuh,
ayahku terkadang normal dan kembali kepada ayahku yang dulu namun selang
beberapa waktu ayahku menjadi aneh dan terus mengatakan bahwa ia adalah “Raja
Jin”. Namun ia tidak pernah mengingat apa yang telah ia katakan. Perasaan ibuku
semakin bingung karena ia tidak menginginkan ayahku sakit seperti itu. Tingkah
laku ayahku yang seperti itu berimbas pada pekerjaannya, beliau sering bolos,
adakalanya masuk kantor beliau selalu berbicara yang tidak dapat dijangkau
dengan akal manusia, sehingga rekan kantornya selalu datang kerumah dan
mengatakan bahwa ayahku benar – benar aneh.
Pada tahun 2001
ibuku mendapat usulan dari pamanku untuk membawa ayahku ke rumah sakit jiwa,
dan ibuku menyetujuinya, ayahku dibawa kerumah sakit jiwa secara paksa, beliau
tertidur tanpa menggunakan pakaian sehelaipun hanya berlapiskan celana dalam,
ayahku sempat melawan dan brontak karena tidak ingin dibawa, tapi team dari
rumah sakit jiwa terus memaksanya bahkan memberikan bius atau obat penenang
sehingga ayahku berhasil dibawa. Hari demi – hari ayahku berada di rumah sakit,
setelah satu minggu ayahku di rumah sakit ibu dan pamanku menjenguk ayahku dan
mereka mendapatkan beberapa berita hasil dari pemeriksaan yang dilakukan team
medis terhadap ayahku, dan ada hal yang ganjal pada saat itu yaitu berita bahwa
dari telinga ayahku keluar paku, secara rasional itu tidak mungkin terjadi,
namun pada kenyataanya itu memang benar – benar terjadi.
Kejadian itu
sempat membuatku berpikir bahwa memang benar sihir itu ada dan ayahku terkena
sihir, tetapi ibuku selalu meyakini aku bahwa apa yang terjadi pada ayahku ini
merupakan suatu cobaan dari ALLAH SWT, keadaan ayahku yang seperti itu
mengakibatkan faktor ekonomi keluargaku melemah, karena harus banyak
mengeluarkan uang untuk pengobatannya dan sampai – sampai motor ibuku pun
dijual untuk pengobatan ayah.
Tahun demi
tahun kita lewati dan ayahku tetap seperti itu, akusempat mendapatkan perlakuan
kasar dari ayahku, dipukul, ditampar, dibanting, bahkan yang lebih parahnya
saat kita sekeluarga makan diluar ayahku
menyiramku dengan air teh yang disediakan oleh pelayan karna aku telah menolak
keinginan ayahku makan di tempat lain yang menurutku tempat itu kurang sehat
dan bersih. Saat itu hatiku benar – benar sakit dan pada saat itu pula aku
bertekad ingin membuat ayahku sembuh dan kembali pada ayahku yang dulu.
Perubahan –
perubahan yang ayahku alami seperti gejala – gejala depresi, kurangnya
sosialisasi dengan lingkungan, tidak menikmati apa yang ia alami, susah tidur
hampir setiap hari, bahkan mengatakan sesuatu hal yang diluar pemahaman
manusia.
Pada tahun 2009
ibuku mulai mendatangi dokter psikiater di daerah Tasikmalaya, dokter ini
sangat banyak dikunjungi orang, sepertinya Allah membuka jalan kepada
keluargaku melalui dokter ini, ibuku sendiri yang mendatangi dokter ini karena
ayah tidak akan mungkin mau dibawa kedokter, ayah selalu mengakui bahwa dirinya
tidak sakit, dan tidak perlu dibawa kedokter. Dokter memberikan ramuan obat
racikannya, obat ini menyebabkan ayahku menjadi mudah tertidur ibuku mencampurkan
obatnya kedalam susu coklat dan kemudian ayahku meminumnya, sampai sekarang
ayahku tidak mengetahui bahwa dirinya telah diberikan obat oleh ibuku. Namun
ibuku dan aku tidak hanya berikhtiar mengobati ayahku dengan jalan medis daja,
kita pun tetap mendatangi para ustad dan berdo’a kepada ALLAH SWT karena hanya
ALLAH SWT yang dapat menyembuhkan ayahku.
Saat aku kelas
XII , aku mencoba bertanya pada guruku dan kemudian guruku memberikan aku
beberapa amalan do’a yang harus aku baca setiap selesai shalat bahkan guru
menyarankan untuk selalu bangun malam dan mengerjakan sholat malam juga untuk
mendo’akan ayahku, karena guruku yakin bahwa ALLAH SWT tidak akan pernah
tertidur, Allah pasti akan mendengarkan semua do’a – do’a kita. Dari keyakinan
itulah aku terus optimis dan Alhamdulillah semua usaha itu tidak sia – sia
karena ALLAH SWT mendengarkan semua do’a aku dan seluruh keluargaku demi
kebahagian dan kesembuhan ayahku.
3.
Kesimpulan
Kita boleh meyakini adanya sihir, tetapi kita tidak boleh mengimani
sihir tersebut apalagi kalau sampai kita belajar ilmu sihir dan bersekutu
dengan setan.
Dalam setiap permasalahan yang ada kita tetap harus tenang untuk
mencapai kemenangan dalam pemecahan masalah tersebut, yakinlah dengan apa yang
akan ALLAH SWT berikan kepada kita, cobaan itu adalah sebagian ujian dan bumbu
dalam suatu kehidupan, tidak akan ada yang sia – sia apabila kita terus
berusaha dalam mencapainya.
Terlalu memikirkan suatu masalah tapi tanpa mencari jalan keluar
dari masalah tersebut bisa membuat kita sakit, sakit fisik maupun batin, bahkan
kita bisa mengalami depresi. Setiap perubahan yang terjadi dalam hidup kita,
kita harus selalu berserah diri kepada ALLAH SWT dan tetap bersyukur atas apa
yang ALLAH SWT berikan kepada kita, ketika fisik dan batin kita sakit kita
tidak akan pernah bisa melakukan aktivitas dengan baik, contohnya saja tadi
ayahku yang sakit beliau tidak bisa melakukan pekerjaan dengan baik, bahkan
aktivitas mengajarnya pun terhenti.
Setiap
masalah pasti akan selalu ada pemecahannya, kita ini bintang sinetron yang
sedang memerankan apa yang tertulis dalam skrip yang telah ALLAH SWT susun
sebelum kita lahir kedunia.
PROPOSAL PENELITIAN
AYAHKU DIANTARA SIHIR dan DEPRESI
METODOLOGI PENELITIAN
Diajukan untuk
memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Metodologi
Penelitian
Dosen : Sumadi Dr M.Ag
Disusun
Oleh :
Ajri Faujiah
10.03.2343
PAI / 4A
|
PENDIDIKAN
AGAMA ISLAM (PAI)
INSTITUT
AGAMA ISLAM DARUSSALAM ( IAID ) CIAMIS
2012
Komentar
Posting Komentar