perasaan dan emosi
BAB I
PEMBAHASAN
1.1. Pengertian Perasaan dan Emosi
Di dalam proses belajar – mengajar
kita sebagai pendidik harus mengetahui dan memahami prilaku peserta didik agar
memudahkan kita menguasai keadaan ketika mengajar, apalagi kalau semua prilaku
peserta didik itu satu sama lainnya berbeda. Ketika kita mengajar bukan hanya
materi yang harus kita sampaikan tetapi kita juga harus memberikan motivasi
terhadap anak, memahami betul tentang perasaan dan emosi mereka, kecerdasaan
mereka, kematangan perkembangan dan kepribadian mereka.
Perasaan dan emosi pada dasarnya
merupakan dua konsep yang berbeda tetapi tidak bisa dilepaskan. Perasaan selalu
saja menyertai dan menjadi bagian dari emosi. Perasaan (feeling) merupakan
pengalaman yang disadari yang diaktifkan oleh rangsangan dari eksternal maupun
internal (keadaan jasmaniah) yang cenderung lebih bersifat wajar dan sederhana,
demikian pula emosi sebagai keadaan yang terangsang dari organisme namun
sifatnya lebih intens dan mendalam dari perasaan.
Menurut William James (dalam Wedge,
1995), emosi adalah kecendrungan untuk memiliki perasaan yang khas bila
berhadapan dengan objek tertentu dalam lingkungannya.
Crow and Crow (1962), emosi
merupakan suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang berfungsi
sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam) terhadap lingkungan untuk
mencapai kesejahteraan dan keselamatan individu.
Menurut Nana Syaodih Sukadinata
(2005) perasaan menunjukkan suasana batin yang lebih tenang, tersembunyi dan
tertutup ibarat riak air atau hembusan angin sepoy – sepoy sedangkan emosi
menggambarkan suasana batin yang dinamis, bergejolak dan terbuka, ibarat air
yang bergolak atau angin topan, karena menyangkut ekspresi – ekspresi jasmaniah
yang bisa diamati. Contohnya : ketika seorang anak diejek oleh temannya dia
akan merasa marah, marah merupakan bentuk perasaan yang wajar, tetapi ketika perasaan
marahnya menjadi intens dalam bentuk angkara murka yang tidak terkendali maka
perasaan marah tersebut telah beralih menjadi emosi. Orang merasa sedih karena
di tinggal kekasihnya, tetapi jika kesedihannya diekspresikan secara
berlebihan, misalnya dengan diratapi dan bermuram durja, maka rasa sedih itu
sebagai bentuk emosinya.
Perasaan dan emosi seseorang
bersifat subyektif dan temporer yang muncul dari suatu kebiasaan yang diperoleh
selama masa perkembangannya melalui pengalaman dari seseorang dan
lingkungannya. Perasaan dan emosi seseorang membentuk suatu garis kontinum yang
bergerak dari ujung yang paling positif sampai dengan ujung paling negatif,
seperti : senang – tidak senang (pleasant – unpleasant), suka – tidak suka
(like – dislike), terangsang – tidak terangsang (exciting – subduing).
1.2. Aspek Emosional dan Ciri – Ciri
Emosi
Menurut Abin Syamsuddin Makmun
(2003) bahwa aspek emosional dari suatu prilaku, pada umumnya melibatkan tiga
verbal, diantaranya :
a.
Rangsangan
yang menimbulak emosi (stimulus)
b.
Perubahan
– perubahan fsiologis yang terjadi pada individu
c.
Pola
sambutan. Dalam situasa tertentu, pola sambutan yang berkaitan dengan emosi
seringkali organisasinya bersifat kacau dan mengganggu, kehilangan arah dan
tujuan.
Berkenaan dengan perubahan jasmaniah yang terjadi terkait dengan
emosi seseorang, Syamsu Yusuf (2003) memberikan penjelasan sebagaimana tampak
dalam tabel berikut ini :
Terpesona
|
Reaksi elektris pada kulit
|
Marah
|
Peredaran darah bertambah cepat
|
Terkejut
|
Denyut jantung bertambah cepat
|
Kecewa
|
Bernafas panjang
|
Sakit marah
|
Pupil mata membesar
|
Cemas
|
Air liur mengering
|
Takut
|
Berdiri bulu roma
|
Tegang
|
Terganggu percernaan, otot tegang dan bergetar
|
Selanjutnya Syamsu Yusuf juga mengemukakan tentang ciri – ciri
emosi, yaitu :
a.
Lebih
bersifat subyektif dari pada peristiwa psikologis lainnya seperti pengamatan
dan berfikir.
b.
Bersifat
fluktuatif atau tidak tetap
c.
Banyak
bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indra dan subyektif.
Lebih jauh, Nana Syaodih Sukmadinata (2005) mengemukakan empat ciri
emosi, antara lain :
1.
Pengalaman
emosional bersifat pribadi dan subyektif.
Pengalaman seseorang memegang peranan penting dalam pertumbuhan
rasa takut, sayang dan jenis – jenis emosi lainnya. Pengalaman emosional ini
kadang – kadang berlangsung tanpa disadari dan tidak dimengerti oleh yang
bersangkutan kenapa ia merasa takut pada sesuatu yang sesungguhnya tidak perlu
ditakuti. Lebih bersifat subyektif dari peristiwa psikologis lainnya, seperti
pengamatan dan berfikir (Syamsu Yusuf, 2003).
2.
Adanya
perubahan aspek jasmaniah.
Pada waktu individu menghayati suatu emosi, maka terjadi perubahan
pada aspek jasmaniah. Perubahan – perubahan tersebut tidak selalu terjadi
serempak, mungkin yang satu mengikuti yang lainnya. Misalnya seseorang jika
marah maka perubahan yang paling kuat terjadi debar jantungnya, sedang yang
lain adalah pada pernapasannya dan sebagainya.
3.
Emosi
diekspresikan dalam prilaku.
Emosi yang dihayati oleh seseorang diekspresikan dalam perilakunya,
terutama dalam ekspresi roman muka dan suara/bahasa. Ekspresi emosi ini juga
dipengaruhi oleh pengalaman, belajar dan kematangan.
4.
Emosi
sebagai motif.
Motif merupakan sutu tenaga yang mendorong seseorang untuk
melakukan kegiatan. Demikian juga dengan emosi, dapat mendorong sesuatu
kegiatan, kendati demikian diantara keduanya merupakan konsep yang berbeda.
Motif atau dorongan berlangsung secara siklis, bergantung pada adanya perubahan
dalam irama psikologi, sedangkan emosi tampaknya lebih bergantung pada situasi
merangsang dan arti signifikansi personalnya bagi individu menurutnya
J.P.Chaplin (2005), motif lebih berkenaan pola habitual yang otomatis dari
pemuasan, sementara reaksi emosional tidak memiliki pola atau cara – cara
kebiasaan reaktif yang siap pakai.
1.3. Macam – Macam Emosi dan Perasaan
Menurut Syamsu Yusuf (2003), emosi
dapat dikelompokkan ke dalam dua bagian yaitu :
a.
Emosi
sensorik
Emosi sensorik ialah emosi yang ditimbulkan oleh rangsangan dari
luar terhadap tubuh, seperti : rasa dingin, manis, sakit, lelah, kenyang dan
lapar.
b.
Emosi
psikis
Emosi psikis yaitu emosi yang mempunyai alasan – alasan kejiwaan
seperti :
Ø Prasaan intelektual, yang berhubungan dengan ruang lingkup
kebenaran,
Ø Perasaan sosial ialah perasaan yang terkait hubungan dengan orang
lain, baik yang bersifat perorangan maupun kelompok,
Ø Perasaan susila, yaitu perasaan yang berhubungan dengan nilai –
nilai baik dan buruk atau etika moral,
Ø Perasaan keindahan, adalah perasaan yang berhubungan dengan
keindahan akan sesuatu, baik yang bersifat kebendaan maupun kerohanian,
Ø Perasaan ketuhanan, sebagai fitrah manusia sebagai makhluk tuhan
(Homo Divinas) dan makhluk beragama (Homo Religious).
Sementara itu Nana Syaodih Sukadinata (2005) mengetengahkan tentang
macam – macam emosi individu, diantaranya:
a.
Takut,
cemas dan khawatir, ketiga rasa ini timbul ketika merasa terancam oleh sesuatu,
b.
Marah
dan permusuhan, merupakan suatu perayaan yang dihayati seseorang atau
sekelompok orang dengan kecendrungan untuk menyerang,
c.
Rasa
bersalah dan duka, yang merupakan emosi akibat dari kegagalan atau kesalahan
dalam melakukan perbuatan yang berkenaan dengan norma,
d.
Cinta,
yaitu jenis emosi yang menurut Erich Fromm berkembang dari kesadaran manusia
akan keterpisahannya dengan orang lain dan kebutuhan untuk mengatasi kecemasan
karna keterpisahan tersebut.
Charles C. Manz di dalam bukunya manajemen Emosi mengemukakan macam
– macam perasaan dan pandangan terhadap perasaan, diantaranya :
a.
Perasaan
Buruk
Perasaan
Buruk menurut pandangan lama ialah energi emosional yang negatif dan
menyakitkan disebabkan oleh faktor – faktor dari luar diri kita, yang :
Ø Menurunkan pengalaman kita
Ø Merepresentasikan sebuah sumber gejolak batin yang berada di luar
kontrol
Ø Misterius, tak bisa diprediksi dan merupakan kekuatan.
b.
Perasaan
Baik
Perasaan
baik menurut pandangan lama ialah energi yang positif dan bisa dinikmati,
disebabkan oleh faktor – faktor dari luar diri kita, yang :
Ø Meningkatkan pengalaman kita
Ø Merepresentasikan sebuah sumber kebahagiaan batin yang dicari dan
bernilai
Ø Misterius, tak bisa diprediksi dan kekuatan yang menggairahkan.
c.
Perasaan
Buruk dan Baik
Menurut
pandangan baru perasaan buruk dan baik merupakan sebuah keadaan diri yang
berasal siapa yang kita pilih untuk menjadi diri kita sehari – hari, yang :
Ø Muncul dari kekuatan – kekuatan yang ada di dalam pikiran, tubuh,
emosi, dan spirit kita
Ø Membentuk sebuah lensa yang sangat sensitif yang sangat mempengaruhi
cara kita menjalani kehidupan
Ø Bagian hidup paling menarik dan memberikan warna di mana kita dapat
belajar bekerjasama.
1.4. Perkembangan Emosi
Individu berkembang, perkembangannya
meliputi semua aspek kepribadian termasuk emosinya. Pola rangsangan emosi ini
berkembang dan berdiferensiasi sejalan dengan perkembangan anak, adapun pola –
pola ekspresi dan perkembangan emosi antara lain:
a.
Spontanitas
dan pengendalian. Anak pada umumnya sangat spontan dalam menyatakan emosinya,
tetapi karena pengaruh kebudayaan individu dituntut harus dapat mengendalikan
ekspresi emosinya.
b.
Pernyataan
kontrukstif dan penekanan. Karena faktor kebudayaan tidak semua rangsangan
emosional dapat dinyatakan sebagai keinginan individu. Ekspresi emosi yang
dapat diterima masyarakat dapat dinyatakan sesuai dengan keinginan individu,
tetapi yang negatif atau ditolak masyarakat perlu ditahan dan ditekan. Anak –
anak sering dilarang menangis, tertawa terbahak – bahak, marah takut dan
sebagainya, dalam perkembangannya emosi – emosi ini terpaksa ditekan, tidak
dinyatakan.
c.
Ekspresi
langsung atau tersembunyi. Emosi – emosi yang memiliki intensitas tinggi
seperti benci, permusuhan dan sebagainya, mungkin dapat dinyatakan secara
langsung mungkin juga tidak langsung. Pada umumnya emosi – emosi demikian,
bukan hanya ditahan atau ditekan, tetapi disembunyikan. Penekanan emosi – emosi
ini dapat menimbulkan gangguan – gangguan, entah secara fisik ataupun psikis.
Gangguan pencernaan, pernafasan, kulit dan lain – lain.
Setiap orang memiliki pola emosional masing – masing yang berupa
ciri – ciri atau karakteristik dari reaksi – reaksi prilakunya. Ada individu
yang mampu menampilkan emosinya secara stabil yang ditunjukkan dengan kemampuan
untuk mengontrol emosinya, dan ada pula individu yang kurang atau bahkan sama
sekali tidak memiliki stabilitas emosi, biasanya cenderung menunjukkan
perubahan emosi yang cepat dan tidak dapat diduga – duga.
Tingkat kematangan emosi (emotional maturity) seseorang dapat
ditunjukkan melalui reaksi dan kontrol emosinya yang baik dan pantas, sesuai
dengan usianya. Pola sambutan emosional seringkali organisasinya kacau – balau
dan hal ini sangat tampak pada mereka yang mengalami gangguan kekacauan
emosional (emotional disorder) yaitu sejenis penyakit mental dimana reaksi
emosionalnya tidak tepat dan kronis serta sangat menonjol atau menguasai
kepribadian yang bersangkutan. Untuk kasus – kasus kekacauan emosi yang sangat
ekstrim biasanya diperlukan terapi sendiri dengan bantuan ahli.
Sejalan dengan usianya emosi seseorang akan terus mengalami
perkembangan, Abin Syamsuddin Makmun mengutip pendapat Bridge, Loree
menjelaskan proses perkembangan dan diferensiasi emosional pada anak – anak,
sebagai berikut :
Usia
|
Ciri – Ciri
|
Pada saat dilahirkan
|
Bayi dilengkapi kepekaan umum terhadap rangsangan – rangsangan
tertentu (bunyi, cahaya, temperatur).
|
0 – 3 bulan
|
Kesenangan dan kegembiraan mulai didefinisikan dari emosi orang
tuanya.
|
3 – 6 bulan
|
Ketidaksenangan
berdiferensiasi kedalam kemarahan, kebencian dan ketakutan.
|
9 – 12 bulan
|
Kegembiraan berdiferensiasi ke dalam kegairahan dan kasih sayang.
|
18 bulan pertama
|
Kecemburuan mulai berdiferensiasi ke dalam kegairahan dan kasih
sayang.
|
2 tahun
|
Kenikmatan dan keasyikan berdiferensiasi dari kesenangan.
|
5 tahun
|
Ketidaksenangan berdiferensiasi di dalam rasa malu, cemas dan
kecewa sedangkan kesenangan berdiferensiasi ke dalam harapan dan kasih
sayang.
|
1.5. Mengolah Emosi Selama Pembelajaran
Emosi sangat memegang peranan
penting dalam kehidupan individu, akan memberikan warna kepada kepribadian,
aktivitas serta penampilannya dan juga akan mempengaruhi kesejahteraan dan
kesehatan mentalnya. Agar kesejahteraan dan kesehatan mental ini tetap terjaga,
maka individu perlu melakukan bebrapa usaha untuk memelihara emosi – emosinya
yang konstruktif. Dengan merujuk pada pemikiran James C. Coleman (Nana Syaodih
Sukmadinata, 2005) dibawah ini dikemukakan beberapa cara untuk memelihara emosi
yang konstruktif, diantaranya :
a. Bangkitkan rasa humor. Yang dimaksud rasa humor disini adalah rasa
senang, rasa gembira, rasa optimisme. Seseorang yang memiliki rasa humor tidak
akan mudah putus asa, ia akan bisa tertawa meskipun sedang menghadapi
kesulitan.
b. Periharalah selalu emosi – emosi yang positif, jauhkanlah emosi
negatif. Dengan selalu mengusahakan munculnya emosi positif, maka sedikit
sekali kemungkinan individu akan mengalami emosi negatif. Kalaupun ia
menghayati emosi negatif, tetapi diusahakan yang intensitasnya rendah, sehingga
masih bernilai positif.
c. Senantiasa berorientasi kepada kenyataan. Kehidupan individu
memiliki titik tolak dan sasaran yang akan dicapai. Agar tidak bersifat
negatif, sebaiknya individu selalu bertolak dari kenyataan, apa yang dimiliki
dan bisa dikerjakan dan ditunjukan kepada pencapaian sesuatu tujuan yang nyata
juga.
d. Kurangi dan hilangkan emosi yang negatif. Apabila individu telah
terlanjur menghadapi emosi yang negatif, segeralah berupaya untuk mengurangi
dan menghilangkan emosi – emosi tersebut. Upaya tersebut dapat dilakukan
melalui pemahaman akan apa yang menimbulkan emosi tersebut, pengembangan pola –
pola tindakan atau respon emosional, mengadakan pencurahan perasaan, dan
pengikisan akan emosi – emosi yang kuat.
1.6. Kompenen atau Langkah – Langkah
Memperbaiki Disiplin Emosi
Keseluruhan praktik disiplin emosi yang efektif sebagai sebuah
komitmen gaya hidup meliputi lima langkah atau komponen yang spesifik. Lima
langkah tersebut dapat diterapkan untuk menghadapi tantangan hidup yang sedang
terjadi maupun membantu mengembangkan kemampuan kita untuk menghadapi situasi –
situasi yang menantang secara emosional di masa depan.
Berikut ini adalah langkah – langkah
atau komponen tersebut :
a.
Sebab,
diamana kita segera mengenali penyebab emosi diri sendiri,
b.
Tubuh,
perkirakan tempat dan intensitas reaksi fisik kita,
c.
Pikiran,
kenalilah pikiran – pikiran dan kepercayaan – kepercayaan yang mengiringi
reaksi – reaksi fisik kita,
d.
Spirit,
Catatlah bagian mana dari diri kita yang sedang terbuka ketika kita merespon
keadaan kita,
e.
Pilihan,
buatlah pilihan disiplin emosi dan terapkanlah pilihan itu untuk menghadapi
tantangan kita dengan segera secara konstruktif.
BAB II
PENUTUP
2.1.Kesimpulan
Menurut Nana
Syaodih Sukadinata (2005) perasaan menunjukkan suasana batin yang lebih tenang,
tersembunyi dan tertutup ibarat riak air atau hembusan angin sepoy – sepoy
sedangkan emosi menggambarkan suasana batin yang dinamis, bergejolak dan
terbuka, ibarat air yang bergolak atau angin topan, karena menyangkut ekspresi
– ekspresi jasmaniah yang bisa diamati.
Menurut Abin Syamsuddin Makmun
(2003) bahwa aspek emosional dari suatu prilaku, pada umumnya melibatkan tiga
verbal, diantaranya :
a.
Rangsangan
yang menimbulak emosi (stimulus)
b.
Perubahan
– perubahan psikologis yang terjadi pada individu
c.
Pola
sambutan.
Syamsu Yusuf juga mengemukakan tentang ciri – ciri emosi, yaitu :
a.
Lebih
bersifat subyektif dari pada peristiwa psikologis lainnya seperti pengamatan
dan berfikir.
b.
Bersifat
fluktuatif atau tidak tetap
c.
Banyak
bersangkut paut dengan peristiwa pengenalan panca indra dan subyektif.
Lebih jauh, Nana Syaodih Sukmadinata (2005) mengemukakan empat ciri
emosi, antara lain :
1.
Pengalaman
emosional bersifat pribadi dan subyektif.
2.
Adanya
perubahan aspek jasmaniah.
3.
Emosi
diekspresikan dalam prilaku.
4.
Emosi
sebagai motif.
Nana Syaodih Sukadinata (2005) mengetengahkan tentang macam – macam
emosi individu, diantaranya:
a.
Takut,
cemas dan khawatir,
b.
Marah
dan permusuhan,
c.
Rasa
bersalah dan duka,
d.
Cinta,
Charles C. Manz di dalam bukunya manajemen Emosi mengemukakan macam
– macam perasaan dan pandangan terhadap perasaan, diantaranya :
a.
Perasaan
Buruk
b.
Perasaan
Baik
Pola – pola ekspresi dan
perkembangan emosi antara lain:
a.
Spontanitas
dan pengendalian.
b.
Pernyataan
kontrukstif dan penekanan.
c.
Ekspresi
langsung atau tersembunyi.
Dengan merujuk pada pemikiran James
C. Coleman (Nana Syaodih Sukmadinata, 2005) dibawah ini dikemukakan beberapa
cara untuk memelihara emosi yang konstruktif, diantaranya :
a. Bangkitkan rasa humor.
b. Periharalah selalu emosi – emosi yang positif, jauhkanlah emosi
negatif.
c. Senantiasa berorientasi kepada kenyataan.
d. Kurangi dan hilangkan emosi yang negatif.
Langkah – langkah atau komponen
disiplin emosi :
a.
Sebab,
b.
Tubuh,
c.
Pikiran,
d.
Spirit,
e.
Pilihan.
DAFTAR PUSTAKA
Sobur Alex, Drs. M.Si, Psikologi Umum, CV. Pustaka Setia,
Bandung : 2003.
Syaodih Sukmadinata Nana, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,
PT. Rosda Karya, Bandung: 2003.
Yudhawati Ratna dan Dany Haryanto, Teori – Teori Dasar Psikologi
Pendidikan, PT. Prestasi Pustakaraya, Jakarta : 2011.
C. Manz Charles, Manajemen Emosi, Diva Press Group,
Jogjakarta: 2007.
Komentar
Posting Komentar